KETAKUTANKU
Setiap
orang memiliki ketakutan mereka masing-masing
.Mulai dari
hal-hal kecil, aneh,
menjijikkan, maupun hal-hal yang memang bisa dibilang mengerikan.Coba berpikir
jernihlah, renungkanlah apakah ‘itu’ memang ketakutan terbesarmu,yang bahkan seringkali
menghantuimu ketika tidur.Apa hal yang paling kau takuti sampai saat ini?Apakah
itu dirimu sendiri? Ataukah itu hanya kepura-puraanmu saja?.Beberapa orang
hanya ingin mencari perhatian dengan berpura-pura.
Di sini, aku ingin
berbagi rasa takutku.Bukan rasa ‘sok’ takutku.Meskipun aku sendiri belum yakin
mengenai hal tersebut. Aku hanya menganalisis berdasarkan pengalaman yang
pernah kualami beberapa kali semasa hidupku.Masa di mana setiap hari ku jumpai
deretan meja dan kursi. Masa di mana tercium bau menyengat spidol yang
menggores papan tulis.Masa di mana aku dan teman-teman menggendong tas berjejal
penuh buku-buku.Masa di mana aku belajar
sebagai murid.Masa-masa sekolah yang kini telah kutinggalkan.
Di saat ku duduk
dibangku sekolah dasar, entah kelas berapa aku sudah tak mengingatnya.Waktu itu
pelajaran olahraga di lapangan dekat sekolah bersama dengan sekolah…Atau
beberapa sekolah lain?Entahlah,aku tak begitu ingat. Yang masih ku ingat dengan
jelas , teman-temanku berselisih dengan salah satu sekolah tersebut hanya
karena hal sepele yang dibesar-besarkan.Masalah anak kecil…Sudah biasa…Tapi
saat itu akupun juga masih bocah.Emosiku ikut terpancing meskipun tidak separah
beberapa temanku.
Ketika itu , sekolahku
SD A (sebut saja seperti itu) dan SD X( nama disamarkan) sedang melakukan latih
tanding sepakbola yang berakhir dengan kemenangan sekolahku. Sekolah X pun
merasa tidak terima dengan hasilnya. Mereka mulai mencemooh kami secara
terang-terangan , diam-diam menukar bola sekolah mereka dengan milik kami.Di
saat sampai di sekolah,kami baru tersadar jika bola kami tertukar .Tentu saja
ada emosi temanku yang terpancing. Guru kami yang menyadari itupun meminta kami
untuk tetap tenang dan jangan terlalu
memikirkannya.Para guru yang akan menangani masalah ini. Namun hal tersebut
tidak berpengaruh banyak. Teman-teman terlanjur emosi. Hal tersebut dikarenakan
terdengar kabar SD X mulai kelewat batas menghina guru-guru kami. Entah kabar
itu benar atau hanya hasutan salah seorang di antara teman-temanku ,dan mungkin
saja hasutan dariku. Oh tidak.Tentu saja yang terakhir itu tidak benar. Aku berani bersumpah ,aku
bukan orang yang seperti itu.Dan entah kabar itu benar atau tidak ,yang jelas
kabar tersebut telah membuat teman-temanku, termasuk diriku geram bukan main.
Kami menunggu SD X
lewat di depan sekolah kami karena sekolah kami memang pulang lebih awal
daripada SD X. Dan tentu saja karena jalan ke SD X memang melewati sekolah
kami. Ketika mereka tiba, mata kami bersirobok, saling mendelik satu sama
lain.Kurang ajar.Tadi waktu guru kami masih ada mereka diam saja.Melihat
itu,salah satu temanku langsung maju dan melempar bola mereka yang masih di
tangan kami sekuat tenaga mengenai salah satu sepeda mereka.Beruntung tidak
sampai jatuh.
Belum puas, temanku
menghampirinya dengan luapan emosi yang siap meledak kapan saja. Entah sial
atau beruntung guru-guru sudah meninggalkan sekolah. Dan lagi, sekolah kami
memang jauh dari wilayah penduduk.Tak kan ada yang melihatnya. Mungkin
begitulah pikir kami, juga mereka.Temanku berteriak tepat di depan wajah
mereka,teriakan yang intinya membela guru-guru kami.Tentu saja, guru kami tak
ada kaitannya dengan masalah ini.Kenapa juga mereka harus dihina?!Dasar bocah
tak tahu tata karma.Minta maaf pun tidak.
Mereka pun mulai
menampakkan tanda-tanda perkelahian.Saling adu dorong dengan tinju mengepal,
siap melayang kapan saja.Di sini aku mulai merasa ketakutan. Tanganku mulai
mendingin, kakiku mulai lemas.Suaraku tercekat ketika sampai di ujung
lidah,serasa akan bergetar jika kukeluarkan.Entah apa yang kutakutkan.Takut
ketahuan orang dewasa? Kurasa bukan.Takut masalah ini menjadi besar?Tidak juga.Masalah
ini sudah menjadi besar.Dan yang terakhir ini mungkin yang paling benar.
Aku takut melihat orang berkelahi,
terlebih jika dengan adu fisik dan saling berteriak kasar satu sama lain. Aku
takut melihat mereka terluka.Bukan hanya temanku, tapi juga lawan kami.Aku tak
pernah memihak siapapun di sini. Aku memang kesal,tapi tak sampai meledakkan
emosi seperti beberapa temanku.Tindakan teman-temanku pun tidak bisa dibenarkan
juga.Berkelahi bukanlah jalan tengah yang patut dilakukan. Di saat itupun aku
menjerit, diiringi isakan tertahan, memohon agar jangan berkelahi. Aku tidak
ingin melihat orang-orang terluka hanya karena ego masing-masing.
Beruntung ada yang
sependapat denganku, baik itu beberapa temanku, maupun siswa SD X yang lain,
yang memang tidak suka dengan jalan kekerasan.Tidak sepertiku yang gemetar
ketakutan, mereka semua menghadapi orang-orang yang akan berkelahi dengan
tenang.Biarlah mereka berpikir aku lemah, pengecut, atau apapun itu.Aku hanya tidak kuat melihat
teman…ataupun orang lain terluka hanya karena berkelahi.Apapun itu alasannya,
aku benar-benar tidak sanggup melihat orang berkelahi.Terlebih jika di depan
mata kepalaku sendiri.